Jumat, 17 Juni 2016

Acara Peh Cun 2016

Pada tanggal 11 Juni 2016, pada pukul 10.00 WIB, kelompok kami pergi ke acara Peh Cun yang diselenggarakan di Sungai Cisadane. Di sana diadakan perlombaan perahu naga, sehingga situasi di sekitar sana sangat ramai. penonton pun sangat antusias menonton kegiatan tersebut. Hal ini dijadikan berbagai pedagang, baik pedagang kuliner maupun non-kuliner untuk menjual dagangannya di sekitar diadakannya perlombaan perahu naga. Ada yang menjual telur asin, mainan anak-anak, serta ornamen dan hiasan rumah.



Yang menarik perhatian kami adalah penjual topeng barongsai kecil. Topeng barongsai seukuran anak-anak itu harganya sekitar Rp. 50.000,00 dan bisa ditawar tergantung kesepakatan penjual dan pembeli. Biasanya pedagang hanya menjual topeng barongsai kecil ini pada saat acara-acara festival budaya Tionghoa, contohnya acara Peh Cun ini.



Seperti yang kita ketahui, barongsai dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Namun, pada zaman sekarang barongsai dipertunjukkan sebagai suatu hiburan tersendiri pada kegiatan budaya warga Tionghoa. Karena berfungsi sebagai sarana hiburan, dibuatlah topeng barongsai ukuran mini sehingga dapat kita mainkan dengan mudah, atau bisa juga digunakan sebagai hiasan rumah.

Selasa, 14 Juni 2016

RESENSI FILM MERRY RIANA - MIMPI SEJUTA DOLAR





Judul Film: Merry Riana – Mimpi Sejuta Dolar
Produser: Dhamoo Punjabi & Manoj Punjabi
Sutradara: Hestu Saputra
Penulis: Alberthiene  Endah
Pemain: Chelsea Islan (Merry Riana)
Dion Woyoko (Alva)
Kimberly Rider (Irene)
Ferry Salim (Ayah Merry Riana)
Cynthia Lamusu (Ibu Merry Riana)
Niniek L. Karim
Selen Fernandez
Mike Lucock
Tuti Kembang Mentari
Distributor: MD Pictures
Tanggal Rilis: 24 Desember 2014
Durasi Film: 106 menit
Negara: Singapura dan Indonesia (Jakarta & Semarang)



Awal cerita dimulai pada saat terjadinya kerusuhan di Indonesia pada Mei 1998. Dimana pada peristiwa itu, keturunan Tionghoa menjadi korban diskriminasi terutama wanita keturunan Tionghoa yang menjadi korban kekerasan seksual. Pada waktu terjadi kerusuhan di Jakarta banyak pihak yang menjadi korban dan dirugikan, termasuk salah satunya adalah keluarga Merry. Merry yang pada saat itu baru tamat SMA, dikirim oleh Papanya ke Singapura karena menurut Papanya situasi disana akan lebih aman dibandingkan dengan situasi di Jakarta. Meskipun pada awalnya Merry tidak ingin pergi sendirian tanpa keluarganya, dengan berat hati Merry terbang ke Singapura dengan hanya bermodalkan sebuah laptop, beberapa lembar uang dan sebuah kartu nama yang diberikan oleh Papanya.

Setelah tiba di Singapura, Merry langsung menuju ke alamat yang tertera dalam kartu nama tersebut. Ternyata Om Hans (pemilik kartu nama tersebut) sudah pindah dan tidak tinggal di sana lagi. Saat itu Merry merasa sangat sedih dan sebatang kara, karena tidak ada seorang pun keluarga, teman, maupun kenalan yang Merry kenal di Singapura.Secara tidak sengaja Merry bertemu dengan Mrs. Noor yang baik hati memberinya izin untuk mengakses internet dengan akun miliknya. Merry pun segera memberikan kabar kepada keluarganya bahwa ia telah tiba di Singapura dan kemudian ia membuka akun sosial medianya dan menemukan Irene. Irene merupakan teman Merry ketika SMA dulu yang ternyata kuliah di Singapura. Merry merasakan memiliki semangat kembali yang meluap-luap dalam dirinya dan merasa bersyukur. Lalu dia menghubungi Irene dan mereka bertemu. Merry menceritakan kepaada Irene tentang perjalanannya kenapa dia sampai terdampar di Negara asing ini. Untunglah Irene adalah sahabat yang baik, dia mengajak Merry untuk tinggal di asrama kampusnya, meski sebenarnya hal tersebut tidak dibolehkan.

Namun keesokan harinya, Irene ketahuan oleh petugas keamanan asrama kampusnya dan dilaporkan kepada pihak kampus karena telah melanggar peraturan dan mendapatkan peringatan terahir. Ternyata hanya mahasiswa dari kampus tersebutlah yang diperboleh menempati asrama. Maka Irene memohon kepada bagian kedisplinan agar Merry diperbolehkan tinggal di asrama kampusnya setidaknya sampai keluarga Merry datang ke Singapura. Namun pihak kampus tetap tidak bisa memberikan ijin kepada Merry dan pada akhirnya Irene mengatakan kepada bagian kedisplinan bahwa Merry akan mendaftar kuliah di kampus tersebut. Merry tidak punya pilihan lain selain mendaftar kuliah dan mengikuti tes. Ketika hasil tesnya telah keluar, Merry lulus dengan nilai yang tinggi. Setelah lulus tes, Merry diharuskan membayar biaya kuliah sebesar 40.000 Dolar. Merry yang tidak memiliki uang dan penghasilan merasa bingung dan mengharapkan bisa mendapat pinjaman Mahasiswa dari kampus tersebut. Pinjaman Mahasiswa tersebut dapat di bayar saat kelulusan, namun dengan syarat Merry harus memiliki penjamin yang minimal sudah menjadi Mahasiswa selama dua tahun di kampus tersebut. Akhirnya Irene memperkenalkan Merry kepada seniornya yang telah menjadi mahasiswa di kampus itu selama dua tahun yang bernama Alva.

Irene menceritakan tentang Merry kepada Alva dan memohon agar Alva dapat membantu Merry untuk menjadi pihak penjaminnya. Namun Alva memberikan Merry persyaratan jika ia ingin Alva menjadi penjaminnya, maka Merry harus membuktikan kepada Alva bahwa ia bisa menghasilkan uang sendiri untuk membayar hutang-hutangnya kepada Alva dengan mencari pekerjaan. Merry pun menyetujuinya dan segera berlari kesana-kemari untuk mendapatkan pekerjaan pada hari itu juga. Usaha yang Merry lakukan akhirnya berhasil, dan ia pun bekerja pada sebuah organisasi sosial. Setelah mendapatkan pekerjaan Merry benar-benar berusaha melakukan segalanya dengan baik untuk mengumpulkan uang, berhemat dan menabung. Namun Merry tidak dapat bertahan lama bekerja pada organisasi sosial tersebut, karena ada pihak yang melaporkan kepada polisi setempat bahwa organisasi tersebut telah mempekerjakan seseorang tanpa surat ijin kerja, yang mengakibatkan Merry tidak dapat bekerja lagi.

Segala macam cara Merry lakukan agar ia tetap memperoleh uang. Merry pun juga mencoba untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan Success Forever dengan menjual laptop Papanya, namun tenyata Merry terkena tipu oleh perusahaan tersebut. Suatu ketika Alva mengajak dan mengajari Merry bekerja via online dengan bermain investasi saham online. Merry merasa sangat tertarik dan penghasilan yang ia dapatkan juga lumayan jika dibandingkan dengan ia bekerja serabutan yang dilakukannya selama ini. Pada akhirnya Merry dapat menghasilkan uang yang lumayan hingga ia bisa menyumbang dalam sebuah acara yang diadakan dikampusnya. Merry menjadi terkenal karena sumbangannya tersebut dan ia merasa sangat bahagia karena ia telah sukses di Negara asing ini.

Keesokan harinya Alva mengajak Merry untuk bertemu. Alva berencana untuk melamar Merry dengan memberikannya sebuah cincin. Namun saat Alva ingin memberikan cincinnya tersebut, handphone Merry berbunyi dan Merry mulai sibuk dengan pekerjaannya kembali hingga lupa terhadap Alva. Melihat tingkah Merry yang semakin terobsesi terhadap uang, Alva pun mencoba menyarankan Merry untuk berhenti dan mengingatkan bahwa uang yang dimiliki oleh Merry sudah cukup untuk biaya kuliah hingga ia lulus nanti. Namun respon yang diberikan Merry sangat membuat Alva terkejut dan kecewa terhadap Merry. Merry mengatakan bahwa ia akan menginvestasikan semua uang yang ia miliki untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi dan Merry pun berjanji kepada Alva untuk segera melunasi seluruh hutang-hutangnya kepada Alva agar Alva tidak merasa terbebani lagi sebagai penjaminnya. Alva yang merasa sangat kecewa terhadap sikap dan keputusan Merry, akhirnya mengurungkan diri untuk melamar Merry dan pergi meninggalkan Merry sendirian di restoran. Sepeninggalnya Alva, Merry terkena musibah dia bangkrut dan kehabisan uang.dia menangis dan tidak ada tempat dia mengadu. Mamanya tiba-tiba datang mengjenguknya dan memberikan kekuatan baru. Maka marry memulai semuanya dari awal lagi. Dia berkerja di perusahan asuransi. Dengan kerasnya akhirnya dia mendapatkan seorang nasabah yang mengivestasikan sebanyak seratus ribu dolar karena da telah menolong ibu tersebut saat membutuhkan bantuan. Merry bahagia dan akhirnya dia sadar, bahwa hidup ini tidak melulu tentang uang, tapi lebih penting bagaimana dia bisa membuat orang lain bahagia karena dirinya. Merry yang sadar atas kekeliruannya selama ini menghubungi Alva, minta maaf dan mengakui kekeliruannya. Alva yang masih mencintainya, memaafkannya dan mereka pun menjadi sepasang kekasih. Setelah itu Merry dan Irene pun berbaikan dan akhirnya Irene dan Merry lulus kuliah, dimana keluarga Merry hadir dalam acara tersebut. 

Pesan Moral : 
1. Sikap yang pantang menyerah
2. Kegagalan merupakan hal yang sudah menjadi hal biasa dalam perjalanan orang sukses
3. Investasi tak boleh terburu-buru 
4. Hidup harus penuh kejujuran
5. Uang bukanlah segalanya 




Selasa, 07 Juni 2016

RESENSI FILM GIE



Sutradara  :Riri Riza
Produser  :Mira Lesmana
Penulis  :Riri Riza
Pemeran   : Nicholas Saputra, Wulan Guritno,Indra Birowo, Lukman Sardi, Sita Nursanti, Thomas Nawilis, Jonathan Mulia, Christian Audy, Donny Alamsyah, Robby Tumewu, Tutie Kirana, Gino Korompis, Surya Saputra, Happy Salma
Distributor  :Sinemart Pictures
Durasi   :147 menit

Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942. Sejak tahun 1956 di masa SMP Soe Hok Gie sudah memiliki sifat yang berani untuk melawan tindakan semena-mena. Dia sudah tertarik dengan karya-karya sastra seperti karangan Mahatma Gandhi. Di tahun 1959, saat itu Soe Hok Gie masih mengenyam pendidikan di SMA Kolese Kanisius. Dia sudah terbiasa dengan membaca koran dan mendengar radio sehingga mengerti benar apa yang sedang terjadi di Indonesia, saat itu dia menyadari benar demokrasi yang sebenarnya bukan demokrasi “…kita seolah-olah merayakan demokrasi tapi memotong lidah-lidah orang yang mengemukakan pendapat mereka yang merugikan pemerintahan…”. Soe Hok Gie di masa SMA sudah sering menulis pendapatnya dan dipajang di mading sekolah. Dia percaya bahwa generasi muda bertugas untuk menghancurkan kekacauan yang sudah terjadi seperti korupsi.
Tahun 1963, Soe Hok Gie selalu menjadi pembicara di kalangan teman-temannya tentang politik di Indonesia, mengemukakan pendapatnya dengan tujuan menggerakkan generasi muda dalam memperjuangkan kebenaran di tengah kekacauan politik seperti kapitalisme yang saat itu merajalela di Indonesia. Karena pemikirannya, seorang ketua partai sosialis memintanya bergabung dalam kampanye. Pernah suatu kali Soe Hok Gie berkesempatan untuk menemui Soekarno. Menurutnya, Soekarno memiliki 3 gelar seperti raja-raja, seperti gelar politik, gelar militer dan gelar agama. Karena itu beliau bersikap seperti raja-raja terdahulu; beristri banyak dan mendirikan keraton-keraton. Soekarno menentang nasionalis. Soe Hok Gie berpendapat bahwa lebih baik berkata tidak pada Soekarno
Di tengah gencarnya dia mengemukakan pendapatnya tentang politik beserta idealis pemikirannya, dia juga dekat dengan seorang wanita bernama Ira, wanita ini seringkali hadir dan mendengarkan ceramah Soe Hok Gie dengan seksama. Suatu ketika Soe Hok Gie bertemu kembali dengan teman lamanya, Han, yang mendukung gerakan komunis. Tetapi tidak bagi Soe Hok Gie, dia lebih memilih tidak terhadap semua partai karena menurutnya itu semua adalah permainan politik. Di UI saat itu sudah ada banyak partai dan golongan yang masuk kedalam universitas dari GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia). Tapi Soe Hok Gie berharap bahwa mahasiswa dapat memilih keputusan atas prinsip dewasa tanpa melibatkan agama, ras, ormas atau golongan manapun. “Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor” begitulah ungkapannya terhadap pandangannya tentang politik.
1 Oktober 1965, keadaan politik di Indonesia semakin parah, situasi semakin berbahaya dengan munculnya berita penculikan Ahmad Yani. Saat itu, ada 2 organisasi yang memiliki pengaruh besar di Indonesia, yaitu anti komunis dan PKI, Soekarno lebih condong ke PKI demi politik keseimbangan.
Januari 1966, untuk menghancurkan gerakan anti-komunis, Soekarno menaikkan harga-harga sasarannya untuk membuat masyarakat khawatir dan lupa tujuannya untuk menumpas PKI. Mahasiswa UI saat itu  bergabung menjadi satu dengan tujuan menghancurkan PKI, tetapi Soe Hok Gie menilai harus ada keseimbangan ekonomi dan tidak boleh banyak menuntut, jika tidak akan terjadi ‘Chaos’.
Februari 1966, Soekarno menyatakan untuk tidak membubarkan PKI dan tidak menurunkan harga, sehingga puluhan mahasiswa kembali berdemo tetapi dihentikan oleh ABRI. Dimana organisasi anti-komunis juga bergerak yang salah satunya menangkap orang-orang yang berhubungan dengan PKI dan salah satu yang tertangkap adalah Han, teman Soe Hok Gie.
Di Bali terdapat peristiwa pembunuhan bagi mereka yang dianggap PKI, total korbannya adalah 80.000 jiwa. Walaupun situasi sudah genting tetap saja Soe Hok Gie menulis apa yang ada dipikirannya termasuk apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa Bali tersebut, sehingga banyak orang yang menjauhinya. “lebih baik saya diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan” itulah kata-kata yang diucapkan di tengah orang-orang yang mulai mundur dalam perjuangan. Soe Hok Gie mulai diincar oleh orang-orang  yang tidak senang dengan pemikirannya. Soe Hok Gie meninggal pada 16 Desember 1969, Semeru-Jawa Timur, Indonesia.

Saran kepada pembaca adalah kita harus berani seperti Soe Hok Gie dan menentang dengan tegas apa yang menurut kita tidak patut dilakukan, bukan hanya duduk diam di tempat mengikuti alur.

Senin, 06 Juni 2016

RESENSI FILM SAPU TANGAN FANG YIN

Judul Resensi : Ketidakadilan Bagi Etnis Tionghoa

Data / Identitas Film           
Judul Film  :Sapu Tangan Fang Yin
Sutradara  :Karin Binanto
Penulis Naskah  :Karin Binanto berdasarkan puisi-puisi esai Denny JA; 
Eksekutif Produser  :Denny JA
Produser  :Hanung Bramantyo, Rudi Setiawan, Ardi Kurniawan
Pemeran  :
·       Leony Vitria Hartanti : Fang Yin; 
·         Reza Nangin : Albert Kho; 
·         Elkie Kwee : Ayah Fang Yin; 
·         Nina Indra : Ibu Fang Yin; 
·         Sally Hasan : Raisa; 
·         Verdi Solaiman : Pembaca narasi dan puisi

Penyunting :Wawan I. Wibowo
Tahun Rilis  :2013
Durasi  :47 menit 37 detik
Negara :Indonesia
Bahasa  :Indonesia
Produksi  :Yayasan Denny JA Untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi



Pembukaan
Tragedi Mei 1998 merupakan tragedi yang tidak akan terlupakan bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat keturunan Tionghoa. Tragedi ini mengantarkan Indonesia menuju perpecahan dan diskriminasi. Film pendek yang berjudul Sapu Tangan Fangyin ini mengulas kembali mengenai tragedi Mei 1998, dimana Fangyin adalah gadis keturunan Tionghoa dan merasakan keterpurukan yang mendalam akibat pemerkosaan yang ia rasakan pada Mei 1998. Karena tragedi tersebut, ia bahkan meninggalkan Tanah Air tempat ia dilahirkan dan sempat akan merubah kewarganegaraanya. Tetesan air mata yang ia keluarkan setiap hari tidak cukup untuk menghapus kenangan buruk yang ia alami dan tidak dapat menenangkan hatinya yang mengalami trauma akibat kejadian tersebut.

Jumat, 01 April 2016

Kunjungan ke Museum Benteng Heritage

Kelompok kami memutuskan untuk mengunjungi Museum Benteng Heritage yang berada di daerah Pasar Lama, Tangerang. Kesan pertama yang ditimbulkan setelah melihat bagian depan museum itu adalah kaget, karena bagian depannya terdapat orang yang berjualan. Kami malah sempat salah jalan ketika mencari museum tersebut, beruntung museum tersebut sangat terkenal karena sudah lama dibangun, sehingga tidak ada yang tidak mengetahui museum tersebut.

Tiket masuk untuk mahasiswa adalah Rp. 20.000,- sedangkan untuk umum adalah Rp. 25.000,- disana kami dipandu oleh Kak Robby selama 45 menit, tapi kami tidak diperbolehkan mengambil gambar, merekam video, maupun merekam suara jika sudah berada di dalam museum. Pada ruangan depan juga terdapat lukisan yang menggambarkan situasi di sekitar museum pada tahun 50-an. Ini adalah tampak depan museum:







Sedangkan ini adalah bagian dalam dan meja administrasi:











Di awal, kami dijelaskan terlebih dahulu oleh Kak Robby mengenai sejarah Museum Benteng Heritage yang didirikan pada tanggal 11 November 2011 (serba sebelas) dan diresmikan pada pukul 20.11 WIB. Kenapa bukan jam 11.11? Karena pada jam tersebut banyak pedagang yang sedang berjualan di depan museum, jadinya susah untuk melakukan peresmian. Meskipun usia museumnya belum genap 5 tahun, namun bangunan yang digunakan ini diperkirakan dari abad ke 17, dan yang pertama kali menggunakannya adalah organisasi atau perkumpulan Tionghoa.

Di sana juga ada bagian asli bangunan tersebut yaitu connecting door yang berjumlah 2 buah. Fungsinya adalah penghubung antar ruangan. Tetapi pada abad ke 19, bangunan ini pernah dibeli oleh keluarga Loa, sehingga bangunannya dipisah menjadi 3, karena keluarga Loa mempunyai 3 orang anak dan setiap anak ini katanya harus punya rumah, jadi dipisahkan dengan tembok. Sayangnya, bagian museum yang sebelah kanan belum bisa bergabung dengan museum, karena masih ada yang menempati. Bangunan ini kemudian terus diperjualbelikan secara bebas karena keluarga Loa sudah pindah sampai kemudian Udaya Halim membeli 2 bagian rumah milik 2 keluarga yang berbeda (bukan keluarga Loa). Semenjak itu, dilakukanlah langkah restorasi, yaitu mengembalikan bentuk asli bangunannya seperti abad ke-17. Hal ini terlihat dari bentuk tembok yang tidak rata karena tidak terbuat dari semen, melainkan menggunakan kali pasir, batu bata merah, dan batu kapur. Lalu terlihat dari lantainya yang berupa lantai terakota, dimana lantai ini adalah lantai yang sangat mewah di Tiongkok yang tingginya 5 inci dan terbuat dari tanah liat yang dibakar di suhu yang mencapai 1000° C. Kemudian lantai yang dipakai sebagai koleksi museum yang masih menggunakan kayu jati asli pada abad ke-17 yang digabungkan dengan pasak. Fungsi pasak ini adalah mencegah aus dan rayap.

Setelah penjelasan dari pemandu, kami masuk ke museum. yang pertama kali ditunjukkan adalah prasasti dan Moon Gate. Beginilah kira-kira bentuk Moon Gate dari website http://www.bentengheritage.com/site/tentang-mbh/




Moon Gate ini bercorak batik Cirebon dan burung Phoenix yang diperkirakan dapat hidup 1400 tahun dan mati dengan cara membakar dirinya sendiri. Moon Gate berfungsi untuk wayang orang pada zaman dahulu. 

Kami dipersilahkan untuk naik ke lantai atas, namun sebelumnya kami wajib melepaskan sepatu dan membawanya dengan kantong plastik yang sudah disediakan. Hal ini agar lantai di ruangan atas tidak mudah rusak.

Kak Robby memutar video mengenai proses pembuatan kecap SH yang sangat terkenal di Tangerang, yang kemudian dijadikan suvenir museum. Kami juga ditunjukan tentang pintu zaman dahulu yang dikunci dengan 2 buah kayu. Bagian teras lantai atas terdapat patung Dewa Pendidikan yang dipercaya jika berdoa dan memberi angpao di sana dapat lulus ujian. Di sebelahnya ada plang dokter gigi yang dulu menempati bangunan ini. 

Masuk lagi ke dalam, kami melihat berbagai macam timbangan dan juga uang kepeng yang tengahnya bolong, karena dulu belum ada dompet, jadi logam-logam disatukan dengan benang dan diikat. Ruangan selanjutnya, kami dijelaskan mengenai sejarah kedatangan Cheng Ho ke Indonesia yang menyebarkan agama Islam. Di ruangan ini juga terdapat sepatu kecil yang dahulu diwajibkan bagi wanita kalangan atas. jadi pada saat mereka berusia 5-8 tahun, kakinya ditekuk dan diikat, fungsinya ada 3, diantaranya untuk kecantikan (kalau diikat, jalannya menjadi pelan-pelan sehingga dinilai anggun), agar wanita tidak belajar kungfu sehingga tidak bisa melawan laki-laki, dan agar tidak dapat melarikan diri dari perjodohan yang telah ditentukan.

Ada juga relief Kwan Kong yang melawan 5 desa untuk mencari 2 kakak iparnya. Tidak jauh dari situ ada meja abu dan 2 patung singa. Patung singa betina dilambangkan dengan singa yang sedang memegang anak, artinya mengurus kebutuhan rumah, sedangkan patung singa jantan dilambangkan dengan singa yang sedang memegang bola, yang artinya memegang urusan dunia. Di sebelahnya terdapat rak kaca yang berisi wayang potehi, di sampingnya ada baju petani zaman dahulu beserta topinya.

Beralih ke ruangan lain, ada meja permainan mahjong, kartu ceki, domino, dan catur Cina, katanya orang dulu bisa memainkannya sampai seminggu, saking asiknya. Di meja itu tersedia 3 buah laci, yaitu untuk menaruh makanan, minuman dan uang yang dipertaruhkan.

Kami juga menonton video tentang tata cara pernikahan tradisi Tionghoa dan ditunjukkan pakaian, tempat tidur dan toilet kecil. Juga ada bedug, yang sekarang dipakai di mesjid-mesjid karena dulunya Cheng Ho menggunakan bedug sebagai tanda waktu solat. Terakhir, di rak sebelahnya ada berbagai alat musik, seperti rebab, tehyan, dan tambur.

Berikut kira-kira denah Museum Benteng Heritage:





Perkenalan Blog

Hai semua! Perkenalkan blog baru dari kelompok yammien ^^ . Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas-tugas mata kuliah Pranata Tionghoa, selain itu blog ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi kalian yang mau tahu sedikit banyak tentang Pranata Tionghoa. Kenapa kelompok kami memilih nama yammien? Yammien itu dari bahasa khek, yang artinya bakmi, kalo kata orang makan mi itu bisa bikin panjang umur, jadi harapan kita, semoga anggota kelompok Yammien ini selalu berumur panjang (Amin!). Kelompok ini terdiri dari Selly, selaku koordinator, lalu ada Cristy, Jennifer, Noviana, dan Rudi. Harapannya, semoga kelompok ini bisa terus bekerja sama dengan baik dan solid. Sekian perkenalan dari kelompok kami, sampai jumpa di postingan berikutnya! :)